TAHAJUD

Tahajud disebut dalam Alquran (QS 17 : 79) “Dan pada sebagian malam hari bersalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji”

“Aku bertanya kepada Rasululloh SAW tentang waktu pelaksanaan tahajud yang utama, lalu beliau mengatakan bahwa waktunya ialah dua pertiga malam akhir dan sangat sedikit para pelakunya.(HR Abu Dawud)

“Dan shalat yang dilakukan sesudah shalat isya itu sudah termasuk shalat tahajud.” (HR At-Thabrani)

Tahajud berasal dari kata Tahajjada yg berarti bangun atau terjaga ,bisa sengaja bangun bisa juga belum tidur.Ada pendapat yg mengatakan tahajud itu sama dengan Qiyamul Lail (sholat malam) ,jadi tidak perlu tidur dulu. Sebenarnya semua sholat yang dilakukan setelah sholat isya sampai menjelang subuh itu pasti masuk kategori Qiyamul Lail alias sholat malam.

Namun ada juga pendapat yang mengatakan harus tidur dulu , “kalau tidak tidur namanya bukan Tahajud tapi sekedar sholat malam biasa” -> ini pendapat mereka yg mengatakan harus tidur dulu

Dalilnya Sebagai berikut :
“Apabila kamu mengantuk ketika shalat, maka tidurlah terlebih dahulu sampai hilang rasa kantukmu. Karena bila kamu mengantuk dalam shalat, mungkin suatu ketika kamu bermaksud memohon ampunan kepada ALLAH, tetapi ternyata kamu justru memaki-maki diri kamu sendiri.”(HR Bukhari)
Hadis diatas harus dipahami bahwa tidur adalah sebagai anjuran,bukan keharusan ataupun syarat Sahnya Tahajud. Jadi menurut pendapat saya keduanya benar,yang penting sholat di waktu malam,apapun itu sebutannya

Pertanyaannya,apabila kita kebetulan ada urusan hingga pulang tengah malam,apakah kemudian tetap harus tidur,dengan resiko tidak bangun?
Kalau tidur jadi tidak Tahajud kan sayang?Lebih baiknya sebelum tidur kita Tahajud kemudian bangun bisa ulangi lagi Tahajud sebelum Subuh. Nah yang paling penting Tahajud ataupun tidak haruslah bangun di kala Subuh,karena Subuh bagaikan sholat sepanjang malam.

Gak penting namanya Tahajud atau bukan,yang penting saat malam kita sholat aja semampu kita tanpa perlu kita batasi
Sholat hubungan pribadi kita dengan Sang Pencipta,lagipula Allah maha tahu niat kita,gak ada yg sia2 di hadapanNYA

Pernah Abu Bakar berselisih dgn Umar masalah shalat tahajud itu apa harus tidur dulu atau tidak. Keduanya kemudian menghadap kepada Rasulullah dan menceritakan masalahnya, yaitu bahwa Abu Bakar suka bertahajud tanpa tidur,
sedangkan Umar biasa tidur dulu sebelum melakukan Tahajud berbeda dengan Abu Bakar

Mari kita sebut saja Tahajud yg tidur dulu itu Tahajud ala Umar ,sedangkan Tahajud yg tidak tidur itu Tahajud ala Abu Bakar,keduanya sama baiknya

Allahu’alam hanya Allah yang Maha Benar,saya hanya bisa menyampaikan apa yg saya pahami,semoga Allah bimbing kita semua ke jalan yg benar

Chatting Yuk…

GERAKAN PEDULI UMMAT >>>> ” Dompet Peduli Kasih “

Gerakan Peduli Ummat

Gerakan Peduli Ummat

 

1. Pembangunan Mesjid ” AT TAUHID”

Gambar Rencana Mesjid "AT TAUHID"

Gambar Rencana Mesjid “AT TAUHID”

2. Pembangunan PONDOK PESANTREN YATIM & DHU’AFA

Gambar Rencana Pembangunan Pondok Pesantren "AT TAUHID"

Gambar Rencana Pembangunan Pondok Pesantren “AT TAUHID”

 

 

 

 

 

 

3. pENYEDIAAN MOBIL AMBULANCE

gambar mobil ambulance "MAJELIS TA'LIM - DZIKIR AT TAUHID SUMUT

gambar mobil ambulance “MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHID SUMUT

4. KHITANAN MASSAL

Kediatan Khitanan Massal Yatim & Dhu'afa oleh MAJELIS TA'LIM - DZIKIR AT TAUHID SUMUT

Kediatan Khitanan Massal Yatim & Dhu’afa oleh MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHID SUMUT

5. pembinaan TAHFIDZ QUR’AN

SANTRI-SANTRI YAyasan AS SYAHIDAH TAUHIDASUHAN USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN(DA'I MUDA)

SANTRI-SANTRI YAyasan AS SYAHIDAH TAUHID
ASUHAN USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN(DA’I MUDA)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6. PENYANTUNAN

Penyantunan terhadap Yatim oleh " MAJELIS TA'LIM - DZIKIR AT TAUHID SUMUT

Penyantunan terhadap Yatim oleh ” MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHID SUMUT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7. RAWATAN ISLAM ALTERNATIF ( RUQYAH – BEKAM )

rUQYAH DENGAN Dzikir & Munajat oleh MAJELIS TA'LIM - DZIKIR AT TAUHD SUMUT

rUQYAH DENGAN Dzikir & Munajat oleh MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHD SUMUT

Ruqyah Massal oleh MAJELIS TA'LIM - DZIKIR AT TAUHID SUMUT

Ruqyah Massal oleh MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHID SUMUT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bekam (Al Hijamah)

Bekam (Al Hijamah)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bila Bapak/Ibu, sahabat2 berkenan mdukung dan ingin membantu kami kami sangat berterimah kasih sekali, mudah2an Allah swt melipatgandakan reziki saudara2 semua.

hubungi kami di nom

or hp 0812 6051 6422

Gerakan Peduli Ummat>> datanglah....,tgl 24 februari 2013 pukul 08.00

Gerakan Peduli Ummat>> datanglah….,tgl 24 februari 2013 pukul 08.00

AYO SEDEKAH, AYO MENGAJI, AYO BERDZIKIR

AYO SEDEKAH, AYO MENGAJI, AYO BERDZIKIR

KALAU BUKAN KITA…., SIAPA LAGI…..?????

 

 

Ustadz Muhammad Budiono Al Amin (Pendiri & Ketua Umum Majelis Ta'lim - Dzikir At Tauhid Sumut)

Ustadz Muhammad Budiono Al Amin (Pendiri & Ketua Umum Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid Sumut)

persiapkan diri untuk suatu perubahan

 

MACAM – MACAM DZIKIR

cropped-300x150copy-hp.jpg

1. Zikir Qolbiyah
      Lazim disebut dengan zikir ihsan (hati), zikir ini merupakan hal yang mendasar bagi keimanan. Hati ibarat cermin, semakin bersih & bening hati kita maka semakin jelas dalam memandang hakikat kebenaran. Namun jika hati kotor, akan sulit menangkap hakikat kebenaran Allah yang begitu dekat.

2. Zikir Aqliyah
      Yaitu kemampuan menangkap bahasa gerak, kehendak & keterlibatan Allah dalam setiap tindakan, penciptaan, kejadian dan fenomena alam semesta. Hendaknya kita selalu berusaha untuk sampai pada maqom ikhlas dan ma’rifat sebagai inti zikir aqliyah.

3. Zikir Lisan
Yaitu buah dari zikir hati & akal. Lisan berdoa & berkata dengan benar, jujur, baik & bermanfaat. Menyadari bahwa diri kita selalu dalam pengawasan Allah SWT yg disebut muqarabah, sehingga mendoronng manusia menuju muhasabah.

4. Zikir Amaliyah
      Zikir ini merupakan goal yang ingin dicapai dalam berzikir yaitu untuk mencapai Taqwa.

Setiap zikir merupakan tali yang menghubungkan kita kepada Allah SWT secara langsung. Seperti firmanNYA dalam Al Baqarah:35 : “….laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”

USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN sedang memimpin Dzikir Akbar

USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN sedang memimpin Dzikir Akbar

 

 

RENUNGAN MENGHADAPI KEMATIAN

renungan-kematian

“Seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap insan… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan…”

Betapa banyak berita kematian yang sampai di telinga kita, mungkin mengkabarkan bahwa tetangga kita, kerabat kita, saudara kita atau teman kita ataupun orang tua kita telah meninggal dunia, menghadap Allah Swt. Akan tetapi betapa sedikit dari diri kita yang mampu mengambil pelajaran dari kenyataan tersebut. Saudaraku, kita tidak memungkiri bahwa datangnya kematian itu adalah pasti. Tidak ada manusia yang hidup abadi. Realita telah membuktikannya

Allah swt telah berfirman:

“Setiap jiwa pasti akan mengalami kematian, dan kelak pada hari kiamat saja lah balasan atas pahalamu akan disempurnakan, barang siapa yang dijauhkan oleh Allah Ta’ala dari neraka dan dimasukkan oleh Allah Ta’ala ke dalam surga, sungguh dia adalah orang yang beruntung (sukses).” (QS. Ali Imran : 185)

Allah swt juga telah berfirman:

“Katakanlah (wahai Muhammad) sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya pasti akan mendatangi kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang nampak, kemudian Allah Ta’ala akan memberitahukan kepada kalian setiap amalan yang dahulu kalian pernah kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)

Saudaraku, kematian itu milik setiap manusia. Semuanya akan menjumpai kematian pada saatnya. Entah di belahan bumi mana kah manusia itu berada, entah bagaimanapun keadaanya, laki-laki atau perempuan kah, kaya atau miskin kah, tua atau muda kah, semuanya akan mati jika sudah tiba saatnya.

Allah swt berfirman:

“Dan bagi tiap-tiap jiwa sudah ditetapkan waktu (kematiannya), jika telah tiba waktu kematian, tidak akan bisa mereka mengundurkannya ataupun mempercepat, meskipun hanya sesaat” (QS. Al A’raf :34)

Saudaraku, silakan berlindung di tempat manapun, tempat yang sekiranya adalah tempat paling aman menjadi persembunyian. Mungkin kita bisa lari dari kejaran musuh, selamat dari kejaran binatang buas, lolos dari kepungan bencana alam. Namun, kematian itu tetap akan menjemput diri kita, jika Allah Ta’ala sudah menetapkan. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan dimanapun kalian berada, niscaya kematian itu akan mendatangi kalian, meskipun kalian berlindung di balik benteng yang sangat kokoh.” (QS. An Nisa : 78)

Kematian Adalah Rahasia Allah Swt

Kematian manusia sudah Allah Ta’ala tetapkan atas setiap hamba-Nya sejak awal penciptaan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya proses penciptaan manusia di dalam perut ibu, berlangsung selama 40 hari dalam bentuk air mani, kemudian menjadi segumpal darah yang menggantung selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging  selama 40 hari juga. Kemudian Allah mengutus seorang malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, dan diperintahkan untuk mencatat empat ketetapan : rezekinya, kematiannya, amalannya, dan akhir kehidupannya, menjadi orang bahagia ataukah orang yang celaka….” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah swt telah berfirman,

“Sesungguhnya di sisi Allah sajalah pengetahuan tentang (kapankah) datangnya hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan air hujan, dan Dia lah yang mengetahui tentang apa yang ada di dalam rahim, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia kerjakan esok hari, dan tidak ada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati..” (QS. Luqman : 34)

Saudaraku, jika kita tidak tahu di bumi manakah kita akan mati, di waktu kapan kah kita akan meninggal, dan dengan cara apakah kita akan mengakhiri kehidupan dunia ini, masih kah kita merasa aman dari intaian kematian…? Siapa yang bisa menjamin bahwa kita bisa menghirup segarnya udara pagi esok hari…? Siapa yang bisa menjamin kita bisa tertawa esok hari…? Atau…. siapa tahu sebentar lagi giliran kematian Anda wahai Saudaraku…

Di manakah saudara-saudara kita yang telah meninggal saat ini…? Yang beberapa waktu silam masih sempat tertawa dan bercanda bersama kita… Saat ini mereka sendiri di tengah gelapnya himpitan kuburan… Berbahagialah mereka yang meninggal dengan membawa amalan sholeh… dan sungguh celaka mereka yang meninggal dengan membawa dosa dan kemaksiatan…

Faidah Mengingat Kematian

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan dunia”. Kemudian para shahabat bertanya. “Wahai Rasulullah apakah itu pemutus kelezatan dunia?” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, hadits dari shahabat Abu Hurairah)

Ad Daqaaq rahimahullahu mengatakan, “Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, maka akan dianugerahi oleh Allah tiga keutamaan,

[1] bersegera dalam bertaubat,

[2] giat dan semangat dalam beribadah kepada Allah,

[3] rasa qana’ah dalam hati (menerima setiap pemberian Allah)” (Al Qiyamah Ash Shugra, Syaikh Dr. Umar Sulaiman Al Asyqar)

 

Bersegera dalam Bertaubat

Sudah dapat dipastikan bahwa manusia adalah makhluk yang banyak dosa dan kemaksiatan. Seorang manusia yang banyak mengingat kematian, dirinya sadar bahwa kematian senantiasa mengintai. Dia tidak ingin menghadap Allah Ta’ala dengan membawa setumpuk dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Dia akan sesegera mungkin bertaubat atas dosa dan kesalahannya, kembali kepada Allah Ta’ala. Allah telah berfirman,

“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah bagi orang-orang yang mengerjakan keburukan dikarenakan kebodohannya, kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima taubatnya oleh Allah, dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana” (QS. An Nisa : 17)

Maksud dari berbuat keburukan karena kebodohan dalam ayat di atas, bukanlah kebodohan seorang yang tidak mengetahui sama sekali bahwa apa yang dia kerjakan merupakan sebuah keburukan. Orang yang berbuat buruk dan tidak mengetahui sama sekali tidak akan dihukum oleh Allah. Akan tetapi yang dimaksud kebodohan di sini adalah seseorang yang mengetahui bahwa apa yang dia lakukan adalah keburukan, namun dia tetap saja melakukannya lantaran dirinya dikuasai oleh hawa nafsu. Inilah makna kebodohan dalam ayat di atas. (Syarah Qowaidul Arba’ Syaikh Sholeh Fauzan).

Allah Ta’ala berfirman, “Dan bersegeralah menuju ampunan dari Rabb kalian dan menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang telah dipersiapkan (oleh Allah) bagi orang-orang ynag bertaqwa” (QS. Ali Imran : 133)

Giat dan Semangat dalam Beribadah kepada Allah

Seorang yang banyak mengingat kematian, akan senantiasa memanfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Jadilah engkau di dunia ini bagaikan seorang yang asing atau seorang yang sedang menempuh perjalanan yang jauh”, mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, lantas Abdullah ibnu Umar berkata, “Jika engkau berada di sore hari jangan engkau tunggu datangnya pagi hari, jika engkau berada di pagi hari jangan engkau tunggu datangnya sore hari, pergunakanlah waktu sehatmu (dalam ketaatan kepada Allah) sebelum datangnya waktu sakitmu, dan pergunakanlah waktu hidupmu sebelum kematian datang menjemputmu.” (HR. Bukhari)

Rasa Qana’ah di Dalam Hati

Allah Ta’ala akan menanamkan rasa qana’ah di dalam hati seseorang yang banyak mengingat kematian. Rasa qana’ah yang membuat seseorang merasa cukup terhadap setiap pemberian Allah Ta’ala, bagaimanapun dan berapa pun pemberian Allah. Suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan nasehat kepada Abu Dzar. Abu Dzar berkata,

“Kekasihku yakni Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah tujuh perkara padaku, (di antaranya): Beliau memerintahkanku agar mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka, dan beliau memerintahkan aku agar melihat orang yang berada di bawahku (dalam masalah harta dan dunia), juga supaya aku tidak memperhatikan orang yang berada di atasku. …” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Seseorang yang banyak mengingat kematian, meyakini bahwa segala pemberian Allah dari perbendaharaan dunia adalah titipan dari Allah. Seluruhnya akan diambil kembali oleh Allah, dan akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah Ta’ala atas seluruh pemberian tersebut. Nas’alullaha al afiyah.

Kehidupan setelah Kematian

“Saudaraku, seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan… kehidupan yang sebenarnya…”

Diantara keimanan kepada hari kiamat adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan Allah Ta’ala yang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia perbuat. Allah Ta’ala berfirman,

“Barangsiapa yang berbuat kebaikan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Terakhir Saudaraku, jadilah orang yang cerdas. Orang yang cerdas dalam memandang hakikat kehidupan di dunia ini. Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata, ‘Aku bersama Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)

 

maka kita dapat mengambil pelajaran ketika kita berta’jiah ketempat saudara kita, kerabat kita, ataukah orang tua kita, maka hati dan fikiran kita berkata kalaw hari aku yang memandikannya mungkin esok aku yg akan dimandikan orang, kalaw hari ini aku yg mengafaninya mungkin esok aku yg akan di kafani orang, kalaw hari ini aku yg menyolatkannya mungkin esok aku yg akan disholatkan orang, law hari ini aku yg memasukannya kedalam kubur, mungkin esok aku yg akan di masukan ke kubur oleh orang lain.

inilah kesadaran kita sesunggungnya, karena kematian pasti datang menjemput setiap kita. saudaraku, kita tdk bs main2 lagi, bersenang, bersegeralah mendekat kepada Allah swt, bertaubatlah..,

Semoga bermanfaat. Allahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq

by: USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN (DA’I MUDA)
PENDIRI & KETUA UMUM MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHID SUMUT

 

PEMBANGUNAN MESJID “AT TAUHID”

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dangan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir tumbuh 100 biji,. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah maha luas lagi maha mengetahui” (Qs Albaqarah 261).

GAMBAR RENCANA MESJID AT TAUHID

GAMBAR RENCANA MESJID AT TAUHID

 

RENCANA ANGGARAN BIAYA MESJID AT TAUHID

No

Deskripsi

Jumlah (Rp)

1

Pembelian lahan
Tanah seluas 320 meter persegi ( @ x Rp. 300.000 )

96,000,000

Akta dan Notaris

5,000,000

2

Pembangunan
Pekerjaan sipil pembangunan Masjid Utama

375,000,000

Pembangunan tempat wudlu, toilet

10,000,000

Instalasi Listrik

10,000,000

Instalasi Air & Sumur

10,000,000

3

Lain-lain 10%

42,440,000

Jumlah Total

548,440,000

BANTUAN ANDA DAPAT DISALURKAN MELALUI BANK SUMUT REK. 109.02.04.014299-9 AN. YAYASAN AS SYAHIDAH TAUHID

KONTAK PERSON 0812 6051 6422

DAFTAR DONATUR/PENYUMBANG AKAN KAMI TERBITKAN DI MEDIA CETAK DAN BLOG INI(UPDATE 1 BULAN TERAKHIR)

Renungan untuk Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

ustadz1Rasulullah SAW diutus sebagai Rahmat bagi semesta alam :

Pendiri & Ketua Umum Majelis Ta'lim - Dzikir At Tauhid Sumut

Pendiri & Ketua Umum Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid Sumut

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai RAHMAT bagi semesta alam”
(QS.Al Anbiya:107)

Kegembiraan kita atas Rahmat Allah dengan Lahirnya Nabi Muhammad SAW :

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: Dengan karunia dan RAHMAT ALLAH hendaklah mereka bergembira”
(QS.Yunus:58)

Para Nabi lain disebutkan dalam Al-Qur`an hanya dengan kata Ya Adam, Ya Nuh, Ya Musa, Ya Yahya, Ya Isa, dll. TAPI Rasulullah denganpanggilan “YA AYYUHAN NABIYYU”, pelajaran bagi kita untuk menghormati beliau

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan”
(QS.Al Ahzab:45)

Kita dituntut untuk bisa mengetahui Sirrah Nabawiyyah (perjalanan kisah hidup Rasul) agar semakin meneguhkan hati kita :

وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan semua kisah dari Para Rasul, Kami ceritakan kepadamu, yg dengan kisah2 itu Kami teguhkan hatimu”
(QS. Hud: 120)

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُوْلِي الأَلْبَابِ

MT IBU-IBU SEKECAMATAN PERCUT SEI TUANSesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
(QS.Yusuf 111)

Rahmat dan Salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu`alaihi wasallam dimana Allah dan Para Malaikat-Nya bershalawat kepada Rasulullah

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan Para Malaikat-Nya bershalawat kpd Nabi. Hai orang2 yg beriman, hendaklah kalian bershalawat baginya&ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”
(QS. Al Ahzab: 56)

Rasulullah Shallallahu`alaihi wasallam menjadi tuladan yang baik bagi kita semua :

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah suri tauladan yg baik bagimu (yaitu) bagi orang yg mengharap rahmat Allah&(kedatangan) hari kiamat&dia banyak menyebut Allah
(QS.Al Ahzab:21)

Kehormatan Rasulullah Shallallahu`alaihi wasallam senantiasa kita agungkan :

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ عِندَ رَبِّهِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya.
(QS. Al-Hajj : 30)

Mengagungkan syiar-syiar agama itu sangat dianjurkan :

ذَلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah , maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.
(QS. Al-Hajj : 32)

Kita wajib mencintai Rasulullah Shallallahu`alaihi wasallam:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS.Ali Imran :31)

Lahirnya Rasul Shallallahu`alaihi wasallam menjadi peringatan bagi kita :

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
(QS.Adz-Dzariyat :55)

Tanda-tanda datangnya Rasulullah Shallallahu`alaihi wasallam sudah ada pada zaman Nabi sebelumnya :

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيّاً وَلاَ نَصْرَانِيّاً وَلَكِن كَانَ حَنِيفاً مُّسْلِماً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَـذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ وَاللّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ

Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.”
(QS. Ali Imran : 68)

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقاً لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ

“Dan (ingatlah) ketika ‘Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.”
(QS. ash-Shaaf 61 : 6)

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud
(QS. al-Fath : 29)

Atas kehendak Allah, Rasulullah Shallallahu`alaihi wasallam mampu memberi Syafaat (pertololongan) bagi kita :

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
(QS. Al-Maidah : 55)

وَمَن يَتَوَلَّ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ فَإِنَّ حِزْبَ اللّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ

Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.
(QS. Al-Maidah : 56)

 

MENAJAMKAN MATA HATI

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuhuUstadz Muhammad Budiono Al Amin

Setelah kita bersyukur kepada Allah Swt dan bershalawat kepada nabi kita Muhammad SAW. Kita berharap dan memohon semoga Allah Swt, meridhoi dan menerima amalan yang kita lakukan sebagai amalan ibadah yang diterima serta kita memohon pula untuk senantiasa dijadikan pengikut Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang setia hingga akhir hayat serta kita tidak kembali keharibaan-Nya kecuali dalam keadaan berserah diri kepada-Nya, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita di dalam surat Ali Imran ayat 102:
Artinya: “Dan janganlah kamu mati, kecuali dalam keadaan beragam Islam.” (QS. Ali Imran 102)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

Suatu hari Baginda Rasulullah SAW sedang berjalan-jalan dan melewati seorang sahabat yang sedang membaca Al-Qur’an. Surat yang dibacanya yaitu surat Ar-Rahman. Sampailah ia pada ayat yang ke 37 :

37. Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.(TQS ar-Rahman [55]: 37).

Seketika tubuhnya pun gemetar dan ia langsung menangis seraya bergumam,
“Ya Allah, apa yang bakal terjadi dengan diriku sekiranya langit terbelah (terjadi kiamat)? Sungguh malang nasibku!” Mendengar itu, rasulpun bersabda, “Tangisanmu menyebabkan para malaikat pun turut menangis.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

Dikisahkan pula, bahwa Abdullah bin Rawahah ra suatu ketika tampak sedang menangis dengan sedihnya. Melihat itu, istrinya pun turut menangis hingga Abdullah bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Istrinya menjawab, “Melihatmu menangis, itulah yang menyebabkan aku menangis.” Abdullah bin Rawahah ra lalu bertutur, “Saat aku membayangkan bahwa aku bakal menyeberangi shirâth, aku tidak tahu apakah aku akan selamat atau tidak. Itulah yang membuatku menangis.” (al-Kandahlawi, Fadhâ’il A’mâl, hlm. 565.)

Kisah-kisah semacam ini yang menggambarkan rasa takut para sahabat, juga generasi salafush-shalih, terhadap azab Allah SWT sangatlah banyak. Oleh karena itu wajarlah jika mereka adalah orang-orang yang selalu bersungguh-sungguh di dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT dan dalam menjauhi kemaksiatan kepada-Nya , karena begitu dahsyatnya rasa takut mereka kepada-Nya. Benarlah apa yang dikatakan oleh Fudhail bin Iyadh saat berkata, “Rasa takut kepada Allah SWT selamanya akan membawa kebaikan.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

“Kemudian bagaimana dengan generasi Muslim saat ini?” Sayang, rasa takut kepada Allah SWT sepertinya begitu sulit tumbuh pada kebanyakan kita. Yang terjadi malah sebaliknya. Kita seolah-olah menjadi orang yang paling berani menghadapi azab Allah SWT kelak pada hari Kiamat. “Bagaimana tidak?” Perilaku kebanyakan kita menunjukkan hal yang demikian.

Menerapkan hukum-hukum kufur, mencampakkan hukum-hukum Allah, menerapkan hukum secara tidak adil dan berlaku lalim terhadap rakyat, tidak lagi dipandang sebagai maksiat. Korupsi, kolusi dan suap-menyuap tidak lagi dipandang sebagai suatu dosa. Riba, judi, dan berlaku curang di dalam bisnis tidak lagi dianggap sebagai tindakan yang salah. Mengobral aurat, bergaul bebas, selingkuh dan zina tidak lagi dipandang sebagai perbuatan maksiat dan laknat. Demikian juga dengan meninggalkan shalat, melalaikan zakat dan puasa tidak lagi dianggap sebagai suatu dosa.

Perilaku demikian nyata sekali menunjukkan, bahwa kebanyakan generasi Muslim saat ini adalah orang-orang yang berani menantang azabnya Allah SWT yang sesungguhnya maha dahsyat!” Padahal jika ada setitik saja pada diri kita rasa takut kepada Allah SWT, kita tentu akan selalu berusaha untuk meninggalkan serta menjauhkan diri dari semua perbuatan-perbuatan terkutuk tersebut.

Sudah sepantasnyalah kita mesti merasa malu dengan generasi shalafush-shalih sebagaimana direpresantasikan oleh secuil kisah sahabat di atas tadi. Bagaimana tidak. Sebagian dari mereka sudah mendapatkan jaminan dari Allah SWT untuk masuk kedalam surga. Namun, rasa khawatir dan rasa takut kepada Allah SWT yang luar biasa sering kali menyelimuti sebagian besar qolbu dan hati mereka.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah!

Simaklah kembali kekhawatiran dan rasa takut Umar bin Khaththab ra., salah seorang sahabat besar Rasulullah SAW yang telah dijamin masuk surga, saat beliau bertutur, “Pada hari Kiamat nanti, apabila diumumkan bahwa semua manusia akan masuk surga, kecuali hanya seorang saja yang akan masuk neraka, maka aku sangat khawatir bahwa yang seorang itu adalah aku, karena begitu banyaknya dosa-dosaku.”

Lalu bagaimana dengan kita? Meski jelas kita sangat jauh lebih banyak dosanya dari pada Umar bin Khaththab ra, dan belum pasti untuk mendapatkan ‘tiket’ masuk kedalam surga, namun rasa khawatir dan rasa takut kepada azabnya Allah SWT sepertinya sulit tumbuh di dalam diri kita. Kebanyakan dari kita tetap santai-santai saja, seolah-olah akan hidup abadi selama-lamanya, bahkan sepertinya kita sudah kebal dengan rasa takut kepada Allah SWT, dan tidak khawatir dengan azab-Nya yang pasti siapapun mustahil sanggup menanggungnya.

Jika sudah demikian, sepertinya kita perlu merenungkan kembali firman Allah SWT dalam sebuah hadis qudsi, “Aku tidak akan mengumpulkan dua ketakutan pada seorang hamba. Jika ia tidak takut kepada-Ku di dunia maka Aku akan memberinya rasa takut di akhirat. Jika ia takut kepada-ku di dunia maka Aku akan menghilangkan rasa takut pada dirinya di akhirat.”

Oleh karena itu, benarlah apa yang dikatakan oleh Abu Sulaiman Darani saat beliau berkata, “Kecelakaanlah bagi jiwa yang kosong dari rasa takut kepada Allah SWT!”
Lantas mengapa kebanyakan dari pada generasi Muslim saat ini begitu hampa dari rasa takut kepada Allah SWT? Tidak lain karena mata hatinya telah buta sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT (TQS al-Hajj [22]: 46).
“Maka sesungguhnya bukanlah mata mereka itu yang buta, akan tetapi yang buta ialah mata hati dari mereka yang ada di dalam dada.” (TQS al-Hajj [22]: 46).

Ya, kebanyakan mata hati kita memang sudah di butakan oleh gemerlapnya dunia yang sesungguhnya hanya bersifat sementara dan cenderung menipu. Akibatnya, kita tidak sanggup lagi melihat pahala dan dosa, serta tidak berdaya lagi menatap nikmat surga dan azab neraka yang sesungguhnya kekal dan abadi serta benar-benar ‘nyata’.

Semoga Allah Swt senantiasa memberikan petunjuknya kepada kita semua, untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan melaksanakan kebaikan-kebaikan sesuai dengan syariat. Dan Allah menjadikan hari-hari kita, menjadi hari-hari yang penuh dengan amal shalih yang akan membawa kita kepada kebahagiaan, ketenangan dan keselamatan baik didunia maupun di akhirat.

Serta senantiasa Allah berikan hidayah pada segala urusan kita, khususnya dalam menajamkan mata hati kita dan memberikan petunjuk kepada kita semua dalam menapaki jalan-Nya yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Allah berikan nikmat kepada mereka, yaitu jalannya para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada, serta orang-orang yang shalih, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat.

 

PROGRAM ” PEDULI UMMAT”

GambarNomor          : 025/MZA/pan-peduli ummat/V/2013                 Medan, 01 Januari 2013

Lampiran       : Proposal

Perihal           : PERMOHONAN BANTUAN DANA

Kepada yth,

Bapak / Ibu   :

Di

Jakarta

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala Puji bagi Allah SWT dan Sholawat serta Salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan penerusnya hingga hari kiamat. Amin. Amma ba’du.

Dengan senantiasa memohon limpahan Rahmat Allah SWT kami segenap Pengurus Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid Medan-Deli Serdang, Sumatera Utara, yang telah mendirikan sebuah Yayasan bernama Yayasan As Syahidah Tauhid yang sudah di Akte Notariskan (terlampir), Izin Kementerian Agama Deli Serdang (terlampir), NPWP (terlampir), bersama ini kami mengetuk hati kaum muslimin wal muslimat yang telah dikaruniai kelapangan Rizki oleh Allah SWT, Kami mengajak untuk menafkahkan/ BERSEDEKAH sebagian dari Rizki di jalan Allah SWT, maka Allah SWT akan melipat gandakan keuntungan yang berlipat-lipat dari perniagaan sedekah / infaq dijalan Allah SWT. Sekaligus dengan SEDEKAH pula Allah SWT akan mengabulkan semua Hajat apapun, menyembuhkan semua Penyakit ringan ataupun berat, menjauhkan dari Musibah dan Bala’. Amin Allaahumma Amiin. Sementara ini program Pendidikan masih berjalan menumpang di salah satu rumah penduduk dan rumah inilah yang akan kami beli untuk Pondok Pesantren.

Adapun dari SEDEKAH, WAQAF, HIBAH dari Bapak – Ibu sekalian akan kami salurkan untuk program kegiatan Majelis Ta’lim –  Dzikir At Tauhid, sebagai berikut :

Program I :

  1. Menyalurkan Bantuan untuk kaum Dhu’afa, Fakir, Miskin, berupa Bantuan pemberian MODAL USAHA KECIL.
  2. Pemberantasan Buta Huruf Al Qur’an khusus bagi orang – orang tua.
    1. Pembinaan Khusus Mu’allaf & Napi
    2. Dzikir / Istighotsah Akbar
    3. Penerbitan Buletin Jum’at , Majalah Da’wa
    4. Sms Tausiyah Gratis
    5. Rawatan Islam Alternatif Gratis
    6. Unit Penerimaan Zakat (Zakat Fitrah & Zakat Mal)
    7. Mengadakan Khitanan Massal untuk anak yatim & Dhu’afa

Program  II :

  1. Pembelian Tanah beserta Bangunannya seluas 420 m2 untuk  Program Rumah Tahfidh / Tahfidhul Qur’an, Rumah Dzikir, Rumah Singgah dan Rawat Inap,  seharga Rp 335 Juta. Merupakan program khusus Pembibitan Penghafal Al Qur’an untuk anak – anak dan remaja juga dewasa dari seluruh Indonesia, yang mana para santri Insyah Allah tidak dipungut biaya (gratis).
  2. Wakaf tunai pembangunan Madrasah
  3. Mendirikan RA – TKA – TPA – MDA – MIS – Tsnawiyah – Aliyah
  4. Pembelian Tanah & Pembangunan Mesjid

Program III :

Membuka Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Khusus bagi anak dari kalangan Ekonomi Rendah/Miskin. Pada Program III ini kami juga akan membeli Tanah untuk Lahan Pendirian Pondok Pesantren Tradisional seluas 1000 m2.

Partisipasi anda untuk mendukung program kami ini dapat di hantarkan langsung kekantor kami : Jl. Trimurti Pasar 6 Dusun V Desa Bandar Klippa, Kec. Percut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang 20371, Medan , Indonesia. Atau dapat melalui :

Bank Sumut Cabang Tembung No. Rekening 109 – 02 – 04 – 014299 – 9

 A/n. Yayasan As Syahidah Tauhid.

Demikian kiranya tawaran Tabungan / Investasi untuk kampung Akhirat dari kami, sesuai Janji Allah SWT semoga SEDEKAH Bapak / Ibu sekalian dilipatgandakan oleh Allah SWT menjadi sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, dan do’a para santri serta keluarga santri semoga semua harapan dikabulkan dan kehidupan kita semua semakin bersih dan semakin diberkahi Allah SWT.Wassalaamu’alaikum wr. wb.

PANITIA PELAKSANA

Ketua,

J u m a l i

Sekretaris,

S u n a r s e h

Ketua Umum

Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid

Muhammad Budiono Al Amin

 

 

ustadz muhammad budiono al amin (ketua umum majelis dzikir at tauhid sumut) sedang melihat anak yg sedang di khitan

ustadz muhammad budiono al amin (ketua umum majelis dzikir at tauhid sumut) sedang melihat anak yg sedang di khitan

 

 

 

 

 

 

Tembusan :

 

  1. Yth; Kades Bandar Klippa
  2. Yth; Camat Percut Sei Tuan
  3. Yth; Dewan Syuroh Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid Sumut
  4. Yth; Ka. KUA Percut Sei Tuan
  5. Arsip

PROPOSAL

KEGIATAN  GERAKAN “ PEDULI UMMAT “

KATA PENGANTAR

     Puji dan syukur kami ucapkan kepada Alloh SWT, karena berkat Taufiq dan Hidayah-Nya serta pertolongan-Nya kami dapat menyusun proposal ini. Sholawat dan salam-Nya mudah-mudahan selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, keluarganya, shohabatnya dan kepada tabi`it-tabi`innya.

Dalam proposal ini, kami membahas tentang pentingnya peranan  Islam dalam mensukseskan pembangunan Nasional yang Religius. Sehingga tidak ada waktu yang terbuang sia-sia, dan hal ini sangat relefan dengan firman Alloh dalam Al-Quran Surat Al-`Ashr. Maka dari itu Kami bermaksud untuk melaksanakan GERAKAN “ PEDULI UMMAT “ Bersama MAJELIS TA’LIM – DZIKIR AT TAUHID. Kami sangat mengharapkan sekali Uluran dan Bantuan dari semua pihak khususnya para Donatur yang akan membantu terhadap kelancaran kegiatan  Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid Sumut.

Dalam penyusunan proposal ini, penyusun menyadari jauh dari kesempurnaan baik dalam penempatan kata maupun cara penyusunannya, untuk itu penyusun menunggu saran atau koreksi dari semua pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Atas segala hormat kami ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang bersedia  membantu demi kelancaran kegiatan tersebut. Semoga segala bantuan yang diberikan mendapat imbalan dari Alloh SWT.

Medan, 01 Januari 2013

Penyusun

I. PENDAHULUAN

Perkembangan dan moderenisasi zaman adalah suatu hal yang tidak bisa kita hindarkan. Arus globalisasi yang semakin deras menuntut Ummat Islam berlari kencang mengikuti perkembangaan zaman yang semakin pesat.

Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat Ummat Islam harus benar-benar pandai dalam memilih dan memilah mana yang positif dan mana yang negatif agar tidak terjadi degradasi moral,akhlak dan nilai – nilai Agama.

Untuk itulah diperlukan kegiatan-kegiatan positif dalam menyalurkan aspirasi-aspirasi, hoby, bakat dan lain sebagainya, agar ummat mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan terhindar dari degradasi moral, akhlak dan nilai-nilai Agama.

Untuk menjembatani hal itu diperlukan suatu wadah sebagai motor yang bisa mendrive dan membawa ummat islam ke arah yang positif dan tetap memegang teguh nilai-nilai agama sehingga menjadikan dirinya sebagai ummat yang berakhlak mulia dan menjunjung tinggi nilai-nilai Agama dan menjaga Moral Bangsa.Kami dari Keluarga Besar Majelis Ta’lim –  Dzikir At Tauhid Sumut bermaksud mengadakan kegiatan Gerakan “ Peduli Ummat “ bersama Majelis Ta’lim – Dzikir At Tauhid.

 

II. DASAR PEMIKIRAN

1.   Berdasar kepada program pemerintah untuk turut serta membangun sumberdaya  manusia yang berakhlak mulia.

2.   Sebagai sarana untuk memelihara kemuliaan Agama Islam

3.   Gerakan “Peduli Ummat”

4.   Rasa peduli terhadap sesama saudara – saudara, khususnya terhadap kaum Dhu’afa, Yatim

5.   Mengajak Ummat Islam untuk lebih membudayakan Kesehatan

6.   Membudayakan kepada masyarakat khususnya ummat Islam agar saling berbagi dan peduli terhadap anak – anak

bangsa

7.   Rasa peduli kami untuk membangun SDA dan SDM yang berkwalitas, berakhlakul karimah dan bertaqwa

III. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah :

1.   Menjalin Tali Silahturahmi

2.   Memakmurkan Syi’ar Islam

3.  Turut menjaga dan mengembangkan potensi Ummat yang berpegang teguh pada nilai-nilai agama agar menjadi

Ummat  yang berbakti kepada agama dan bangsa.

4.   Membangun Rasa peduli terhadap orang – orang yang tidak mampu

5.   Menggerakan Gemar bersedekah, mengaji dan berdzikir

6. Berusaha dan berikhtiar untuk menghilangkan penyakit Lahir & Bathin

7. Agar Ummat menjaga kesehatan

8. Ikut serta membantu program pemerintah membangun pendidikan

IV. TEMA

Persiapkan Diri Untuk Suatu Perubahan, Kuncinya Ialah Perbaiki Diri, Perbaiki Hidup, Perbaiki Ibadah, Perbanyak Dzikir dan Perbanyak Sedekah 

V. TEMPAT PELAKSANAAN

Kegiatan ini bertempat  di Jalan Trimurti Pasar 6 Dusun V, Desa Bandar Klippa, Kec. Precut Sei Tuan, Kab. Deli Serdang, Sumut-Indonesia

 

VI. ANGGARAN BIAYA

  1. A.     Program I

 

NO

KEBUTUHAN

SATUAN (@)

HARGA SATUAN (Rp)

JUMLAH (Rp)

1

Menyalurkan Bantuan untuk kaum Dhu’afa, Fakir, Miskin, berupa Bantuan pemberian MODAL USAHA KECIL 100 Jiwa/Bulan Rp   200.000 Rp  20.000.000

2

Pemberantasan Buta Huruf Al Qur’an khusus bagi orang – orang tua. Rp  ————–

3

Mengadakan Khitanan Massal untuk anak yatim & Dhu’afa 50 Jiwa/Triwulan Rp     300.000 Rp     15.000.000

4

Unit Penerimaan Zakat (Zakat Fitrah & Zakat Mal) Rp  —————

5

Rawatan Islam Alternatif Gratis Rp  — – – ——–

6

Sms Tausiyah Gratis Rp —————-

7

Penerbitan :

  1.  Buletin Jum’at
  2.  Majalah Da’wa
10 Rim/Minggu

1000 Eks/Dwiminggu

Rp    150.000

Rp    10.000

Rp     1.500.000

Rp   10.000.000

8

Dzikir / Istighotsah Akbar Rp  ————–

9

Pembinaan Khusus Mu’allaf & Napi Rp     ———-

 

J u m l a h

                                                                                     Rp  46.500.000

Terbilang : Empat Puluh Enam Juta Limaratus Ribu Rupiah

 

  1. B.     Program II

 

NO

KEBUTUHAN

SATUAN (@)

HARGA SATUAN (Rp)

JUMLAH (Rp)

1
  1. Pembelian Tanah beserta Bangunannya untuk Program Rumah Tahfidh / Tahfidhul Qur’an, Rumah Dzikir, Rumah Singgah dan Rawat Inap
420 m2

 

Rp   335.000.000
2
  1.  Pembangunan Mesjid
10 x 15 meter Rp 250.000 / meter (sudah termasuk ongkos tukang) Rp   37.500.000
4 Pembangunan Madrasah RA – TKA – TPA – MDA – MIS – Tsnawiyah – Aliyah 735 m2 Rp 500.000 / meter (sudah termasuk ongkos tukang) Rp 367.500.000
5 Program khusus Pembibitan Penghafal Al Qur’an Rp   —————-
 

J U M L A H

                                                                                        Rp  740.000.000

Terbilang : Tujuh Ratus Empat Puluh Juta Rupiah

 

  1. C.     Program III

 

NO

KEBUTUHAN

SATUAN (@)

HARGA SATUAN (Rp)

JUMLAH (Rp)

1 Membuka Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Khusus bagi anak dari kalangan Ekonomi Rendah/Miskin.

 

Rp  —————-
2 Membeli Tanah untuk Lahan Pendirian Pondok Pesantren Tradisional 1000 m2 Rp      400.000/meter Rp     400.000.000
 

J U M L A H

                                                                                        Rp  400.000.000

Terbilang : Empat Ratus Juta Rupiah

Jadi Jumlah seluruhnya adalah Rp 1.186.500.000

Terbilang : Satu Miliyar Seratus Delapan Puluh Enam Juta Lima Ratus Ribu rupiah

 

VII. TARGET DANA

Anggaran biaya akan di peroleh dari :

  1. Intansi Pemerintah
  2. Pengurus dan Anggota Majelis Dzikir At Tauhid
  3. Simpatisan
  4. Donatur

 

VIII. SUSUNAN KEPANITIAAN  

Pelindung                               : 1. Kepala Desa Bandar Klippa

2. Camat Percut Sei Tuan

3. Kapolsek Percut Sei Tuan

4. DanRamil Percut Sei Tuan

Penasehat                               : Dewan Syuroh Majelis Ta’lim –  Dzikir At Tauhid

Penanggung Jawab               :  Ustadz Muhammad Budiono Al Amin

Ketua                                      :  Jumali

Wakil Ketua                            : Hendro Setiawan,Sos,Pol

Sekretaris               : Sunarseh

Wakil Sekretaris                     : Wulan Purnamasari

Bendahara              : Kusmiati

Wakil Bendahara                    : Dwi Irmawati

 

IX. PENUTUP

Membina dan mengembangkan potensi generasi muda adalah suatu keharusan, agar terbentuk generasi  muda yang berakhlak mulia,menjunjung tinggi nilai-nilai agama sehingga menjadi generasi muda yang bermoral dan berguna bagi agama bangsa dan negara. Oleh karena itu melalui kegiatan yang akan kami laksanakan mudah-mudahan mampu membentuk generasi muda yang dinamis. Melalui kegiatan ini pula kami memohon kepada semua pihak untuk membantu mensukseskan kegiatan yang akan kami laksanakan.

Partisipasi dari semua kalangan sangat kami harapkan, dan mudah-mudahan apa yang Bapak / Ibu berikan baik moral maupun materil dibalas oleh Alloh SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Amin..

Fhoto Bareng Ustadz dengan Jama'ah

 

SANTRI-SANTRI YAyasan AS SYAHIDAH TAUHIDASUHAN USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN(DA'I MUDA)

SANTRI-SANTRI YAyasan AS SYAHIDAH TAUHID
ASUHAN USTADZ MUHAMMAD BUDIONO AL AMIN(DA’I MUDA)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

bekam.jpeg

ustadz-muhammad-budiono-al-amin.jpg

 

 

 

 

 

logo yayasan

dImESJID AL MA'WA KEC. PERCUT SEI TUAN KAB DELI SERDANG-SUMUT

dImESJID AL MA’WA KEC. PERCUT SEI TUAN KAB DELI SERDANG-SUMUT

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DZIKIR BERJAMA’AH

dImESJID AL MA'WA KEC. PERCUT SEI TUAN KAB DELI SERDANG-SUMUT

DIMESJID AL MA’WA KEC. PERCUT SEI TUAN KAB DELI SERDANG-SUMUT

Kelompok Salafi/Wahabi menganggap Do’a/Dzikir berjama’ah adalah Bid’ah atau Sesat. Namun dari dalil-dalil Al Qur’an dan Hadits di bawah, pernyataan tersebut tidak berdasar.

Sebagai contoh dalam surat Al Fatihah kita mengucapkan:

Iyyaka NA’budu (Kepada Mu KAMI menyembah/beribadah)

Wa Iyyaka NAsta’iin (Kepada Mu KAMI meminta/berdo’a)

Ayat di atas menunjukkan kata NA (KAMI) yang artinya JAMAK/BANYAK. Bukan sendiri-sendiri. Pada akhir Surat Al Fatihah, seluruh Makmum dari shalat berjama’ah menyatakan “AAMIIIN”.

Ayat-ayat Al Fatihah itu saja sudah jelas menunjukkan bahwa beribadah (termasuk Dzikir dan Do’a) secara berjama’ah itu tidak sesat. Dan pernah dicontohkan Nabi.

Surat Al Fatihah sendiri pada dasarnya adalah Do’a. Contohnya “Ihdinash Shiroothol Mustaqiim” (Tunjuki Kami ke Jalan yang Benar) yang kemudian diaminkan oleh para Makmum. Dengan mengucap Allah sebagai Ar Rahman dan Ar Rahim, pada dasarnya Imam itu berdzikir menyebut nama Allah. Bukankah itu contoh yang jelas?

Banyak ibadah yang dicontohkan Nabi dan para sahabat secara berjama’ah seperti Shalat Wajib Berjama’ah yang pahalanya malah 27 x lipat daripada shalat sendiri. Selain itu juga ada Shalat Tarawih berjama’ah, Shalat ‘Ied, dsb. Bahkan shalat Jum’at tidak sah jika tidak dilakukan secara berjama’ah.

Berbagai do’a dalam Al Qur’an seperti “Robbana Aatina Fid dunya Hasanah..” (Ya Tuhan KAMI berilah KAMI di dunia Kebaikan) menyatakan bahwa do’a-doa tersebut sebaiknya dilaksanakan secara berjama’ah [Al Baqarah 201].

“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” [Al Baqarah 201]

Lihat ayat Al Qur’an di atas bagaimana orang berdoa secara berjama’ah. Kata siapa beribadah berjama’ah seperti Dzikir itu Bid’ah atau sesat? Hendaknya kita berpegang pada wahyu Allah.

Sedangkan Ibnu Abbas bertakbir dengan lafadh.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, wa lillahil hamdu, Allahu Akbar, wa Ajalla Allahu Akbar ‘alaa maa hadaNAA.
“Artinya : Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar dan bagi Allah lah segala pujian, Allah Maha Besar dan Maha Mulia, Allah Maha Besar atas petunjuk yang diberikannya pada KITA”. [Diriwayatkan oleh Al Baihaqi 3/315 dan sanadnya shahih]

Kalimat Takbir Ibnu Abbas di atas jelas menunjukkan Takbir tersebut dilakukan berjama’ah. Sebab kalau sendiri tentu kata terakhir jadi hadaNII (Petunjuk yang diberikan kepada saya).

Ada lagi yang berpendapat Dzikir/Takbir dengan suara keras berjama’ah boleh. Tapi tidak boleh satu suara/komando. Kalau satu suara: Bid’ah! Padahal kalau takbir sendiri-sendiri beramai-ramai dengan suara keras, niscaya yang terdengar bukan takbir lagi. Tapi cuma keributan/kegaduhan saja. Bayangkan yang satu baru Allahu Akbar, pada saat yang sama yang lain berkata “Walillahil Hamd”, yang lain lagi beda lagi. Suara yang terdengar akan kacau dan tak beraturan.

Bab 247. Keutamaan Berkumpul Untuk Berdzikir Dan Mengajak Untuk Mengikutinya Dan Larangan Memisahkan Diri Daripadanya Kalau Tanpa Uzur -Halangan-

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sabarkanlah dirimu berkumpul bersama orang-orang yang menyeru kepada Tuhan di waktu pagi dan petang. Mereka mengharapkan keridhaanNya dan janganlah engkau menghindarkan pandanganmu dari mereka itu.” (al-Kahf: 21)

1444. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu mempunyai beberapa malaikat yang berkeliling di jalan-jalan untuk mencari para ahli dzikir, jikalau mereka menemukan sesuatu kaum yang berdzikir kepada Allah’Azza wajalla lalu mereka memanggil-kawan-kawannya: “Kemarilah, disinilah ada hajatmu -ada yang engkau semua cari-. Mereka lalu berputar disekeliling orang-orang yang berdzikir itu serta menaungi mereka dengan sayap-sayapnya sampai ke langit dunia. Tuhan mereka lalu bertanya kepada mereka, tetapi Tuhan sebenarnya lebih Maha Mengetahui hal itu. Firman Tuhan: “Apakah yang diucapkan oleh hamba-hambaKu itu?” Para malaikat menjawab: “Mereka itu sama memaha sucikan Engkau, memaha besarkan, memuji serta memaha agungkan padaMu -yakni bertasbih, bertakbir, bertahmid dan bertamjid-. Tuhan berfirman lagi: “Adakah mereka itu dapat melihat Aku?” Malaikat menjawab: “Tidak, demi Allah, mereka itu tidak melihat Engkau.” FirmanNya: “Bagaimanakah sekiranya mereka dapat melihat Aku?” Dijawab: “Andaikata mereka melihat Engkau, tentulah mereka akan lebih giat ibadahnya padaMu, lebih sangat memaha agungkan padaMu, juga lebih banyak pula bertasbih padaMu.” FirmanNya: “Apakah yang mereka minta itu?” Dijawab: “Mereka meminta syurga.” FirmanNya: “Adakah mereka pernah melihat syurga?” Dijawab: “Tidak, demi Allah, ya Tuhan, mereka tidak pernah melihat syurga itu.” FirmanNya: “Bagaimanakah andaikata mereka dapat melihatnya?” Dijawab: “Andaikata mereka pernah melihatnya, tentulah mereka akan lebih lobanya pada syurga itu, lebih sangat mencarinya dan lebih besar keinginan mereka pada syurga tadi.” FirmanNya: “Dari apakah mereka memohonkan perlindungan?” Dijawab: “Mereka mohon perlindungan daripada neraka.” FirmanNya: “Adakah mereka pernah melihat neraka itu?” Dijawab: “Tidak, demi Allah mereka tidak pernah melihatnya.” FirmanNya: “Bagaimanakah andaikata mereka pernah melihatnya?” Dijawab: “Andaikata mereka pernah melihatnya, tentulah mereka akan lebih sangat larinya dan lebih sangat takutnya pada neraka itu.” FirmanNya: “Kini Aku hendak mempersaksikan kepadamu semua bahwasanya Aku telah mengampunkan mereka itu.” Nabi s.a.w.bersabda: “Ada salah satu diantara para malaikat itu berkata: “Di kalangan orang-orang yang berdzikir itu ada seorang yang sebenarnya tidak termasuk golongan mereka, sesungguhnya ia datang karena ada sesuatu hajat belaka.” Allah berfirman: “Mereka adalah sekawanan sekedudukan dan tidak akan celakalah orang yang suka menemani mereka itu -yakni orang yang pendatang itupun memperoleh pengampunan pula-.” (Muttafaq ‘alaih) Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu mempunyai para malaikat yang berkeliling -di bumi- dan utama-utama keadaannya. Tugas mereka ialah mengikuti majelis-majelis berdzikir. Maka apabila mereka menemukan sesuatu majelis yang berisi dzikir didalamnya, merekapun lalu duduk bersama orang-orang yang berdzikir itu dan saling berputar menaungi mereka dengan sayap-sayapnya antara satu dengan yang lainnya, sehingga memenuhi tempat yang ada diantara mereka dengan langit dunia. Selanjutnya jikalau orang-orang yang berdzikir itu telah berpisah, para malaikat tadi lalu mendaki dan naik ke langit, kemudian Allah ‘Azzawajalla bertanya kepada mereka, tetapi Allah sebenarnya lebih mengetahui tentang hal itu: “Dari manakah engkau semua datang?” Mereka menjawab: “Kita semua baru datang dari hamba-hambaMu yang ada di bumi, mereka itu sama bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid serta memohonkan sesuatu padaMu.” FirmanNya: “Apakah yang mereka mohonkan padaKu?” Dijawab: “Mereka mohon akan syurgaMu.” FirmanNya: “Apakah mereka pernah melihat syurgaKu itu?” Dijawab: “Tidak, ya Tuhan.” FirmanNya: “Bagaimana pula sekiranya mereka pernah melihat syurgaKu itu.” Para malaikat berkata lagi: “Mereka itu juga memohonkan perlindungan padaMu.” FirmanNya: “Dari apakah mereka sama memohonkan perlindungan padaKu?” Dijawab: “Dari nerakaMu, ya Tuhan.” FirmanNya: “Apakah mereka pernah melihat nerakaKu itu?” Dijawab: “Tidak pernah.” FirmanNya: “Bagaimana pula sekiranya mereka pernah melihat nerakaKu.” Para malaikat itu berkata lagi: “Mereka juga memohonkan pengampunan daripadaMu.” Allah lalu berfirman: “Sungguh-sungguh Aku telah mengampuni mereka itu, kemudian Aku berikan pula apa-apa yang mereka minta dan Aku berikan perlindungan pula mereka itu dari apa-apa yang mereka mohonkan perlindungannya.” Nabi s.a.w. bersabda: “Para malaikat itu berkata: “Ya Tuhan, di kalangan mereka ada seorang hamba yang banyak sekali kesalahannya, ia hanyalah berjalan saja melalui orang-orang yang berdzikir tadi lalu duduk bersama mereka.” Allah lalu berfirman: “Kepada orang itupun saya berikan pengampunan pula. Mereka adalah kaum yang tidak akan celaka orang yang suka mengawani mereka.”

1445. Dari Abu Hurairah dan dari Abu Said radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada sesuatu kaumpun yang duduk-duduk sambil berdzikir kepada Allah, melainkan dikelilingi oleh para malaikat dan ditutupi oleh kerahmatan serta turunlah kepada mereka itu ketenangan -dalam hati mereka- dan Allah mengingatkan mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisinya -yakni disebut-sebutkan hal-ihwal mereka itu di kalangan para malaikat.-” (Riwayat Muslim)

1446. Dari Abu Waqid al-Harits bin ‘Auf r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika sedang duduk dalam masjid beserta orang banyak, tiba-tiba ada tiga orang yang datang. Yang dua orang terus menghadap kepada Rasululah s.a.w. sedang yang seorang lagi lalu pergi. Kedua orang itu berdiri di depan Rasulullah s.a.w. Adapun yang seorang, setelah ia melihat ada tempat yang longgar dalam himpunan majelis itu, lalu terus duduk di situ, sedang yang satu lagi duduk di belakang orang banyak, sedangkan orang ketiga terus menyingkir dan pergi. Setelah Rasulullah s.a.w. selesai -dalam mengamat-amati tiga orang tadi- lalu bersabda: “Tidakkah engkau semua suka kalau saya memberitahukan perihal tiga orang ini? Adapun yang seorang -yang melihat ada tempat longgar terus duduk di situ-, maka ia menempatkan dirinya kepada Allah, kemudian Allah memberikan tempat padanya. Adapun yang lainnya -yang duduk di belakang orang banyak-, ia adalah malu -untuk berdesak-desakan dan sikap ini terpuji-, maka Allah pun malu padanya, sedangkan yang seorang lagi -yang terus menyingkir-, ia memalingkan diri, maka Allah juga berpaling dari orang itu.” (Muttafaq ‘alaih)

1447. Dari Abu Said al-Khudri r.a., katanya: “Mu’awiyah r.a. keluar menuju suatu golongan yang berhimpun dalam masjid, lalu ia berkata: “Apakah yang menyebabkan engkau semua duduk ini?” Orang-orang menjawab: “Kita duduk untuk berdzikir kepada Allah.” Ia berkata lagi: “Apakah, demi Allah, tidak ada yang menyebabkan engkau semua duduk ini melainkan karena berdzikir kepada Allah saja?” Mereka menjawab: “Ya, tidak ada yang menyebabkan kita semua duduk ini, kecuali untuk itu.” Mu’awiyah lalu berkata: “Sebenarnya saya bukannya meminta sumpah dari engkau semua itu karena sesuatu dugaan yang meragukan terhadap dirimu semua dan tiada seorangpun yang sebagaimana kedudukan saya ini dari Rasulullah s.a.w. yang lebih sedikit Hadisnya daripada saya sendiri -karena sangat berhati-hatinya meriwayatkan Hadis-. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pada suatu ketika keluar menuju suatu golongan yang berhimpun dari kalangan sahabat-sahabatnya, lalu beliau s.a.w. bersabda: “Apakah yang menyebabkan engkau semua duduk ini?” Para sahabat menjawab: “Kita duduk untuk berdzikir kepada Allah, juga memuji padaNya karena telah menunjukkan kita semua kepada Agama Islam dan mengaruniakan kenikmatan Islam itu pada kita.” Beliau s.a.w. bersabda lagi: “Apakah, demi Allah, tidak menyebabkan engkau semua duduk ini melainkan karena itu?” Sesungguhnya saya bukannya meminta sumpah dari engkau semua itu karena sesuatu dugaan yang meragukan terhadap dirimu semua, tetapi Jibril datang padaku dan memberitahukan bahwasanya Allah merasa bangga dengan engkau semua itu kepada malaikat -yakni kebanggaanNya itu ditunjukkan kepada para malaikat-.” (Riwayat Muslim)